Minggu, 18 Agustus 2013

Restoran "Makan Sepuasnya. Bayar Seikhlasnya"

What's brings u here? I guess the interesting tittle, right? Hahaha... Iyalaaah secara siapa gitu yang gk mau bisa makan sepuasnya dan bayar seikhlasnya. WOW...!!!

Tapi sayangnyaaa... Restoran ini bukan ada di Indonesia (seketika kecewa). Malah gk kebayang klo seandainya restoran dengan konsep seperti ini ada di Indonesia. Well, di Bandung misalnya. Rasanya restoran seperti ini memang belum cocok dengan budaya kita. Gak kurang dari seminggu restoran gini di bakal gulung tikar alias bangkrut. Bayangin aja sopir-sopir bus dan angkot, pedagang asongan, pengangguran sampe mungkin mahasiswa bakal nyerbu tempat ini :p

Tapi jgn pesimis gak bisa nyobain restoran yang satu ini dong. Siapa tau ntr-ntr ada kesempetan untuk pergi ke Austria (Aamiin). Restoran ini tepatnya ada di Wien atau yg kita biasa kenal Vienna (catet). 

Oke, let's see what will we get there?



Nama nya adalah Der Wiener Deewan Pakistani Restaurant dan memiliki moto "All you can eat. Pay as you wish". Pemiliknya pun asli seorang Pakistan bernama Natalie Deewan dan muslim. Maka dari itu sudah pasti halal, hal ini juga bisa diketahui dari tulisan "Halal Food" yang ditulis besar-besar di dinding. Restoran dengan konsep buffet ini memberi keleluasaan bagi kita untuk benar-benar makan sepuasnya, di sini para pelanggan dipersilahkan membayar seikhlasnya sesuai dengan kepuasan yang mereka rasakan. Restoran ini menyediakan berbagai macam kari (curry), dari daging ayam, kambing, sampai sapi, dan seperti kebiasaan orang timur : semua disediakan dalam porsi besar. Selain itu, di sini juga menyediakan berbagai menu vegetarian sebagai pelengkap, buah, aneka ragam pencuci mulut yang ditempatkan pada baskom-baskom besar. Wuuuuiiih ngilerrr... Menariknya lagi, udah bisa bayar seikhlasnya, minuman di sini pun disediakan secara gratiiissss... Super baaaiiikkk....




Selain makanan nya, tempatnya pun gk kalah bikin kita berdecak kagum sama yang punya. Restoran ini terdiri dari 3 lantai, pilihan duduk di meja makan biasa atau sofa, baby chairs dan area outdor. Lebih penting lagi adalah, it's no dog and no smoke. PERFECT!!! Buat yang muda-muda, jangan underestimate dlu. Mentang-mentang ini adalah ethnic restaurant, bukan berarti didesain secara oldish, ok. Restoran ini didesain dengan sangat modern bahkan mungkin almost funky, yeah! Dilihat dari dinding2 yg dicet dengan warna-warni grafiti juga dengan fasilitas games, buku dan majalah udah dipastikan tempat ini cozy juga buat nongkrong-nongkrong. 




 

Oke, ini adalah restoran impian saya. Menu timur yang pedes, kaya akan santan dan rempah-rempah yang jadi favorit saya udah pasti jadi alesan kedua setelah bisa bayar seikhlasnya :p Cocok banget untuk makan siang ketika rasa laper dipuncaknya sehabis kuliah. Klo ditanya, kenapa bisa seyakin ini dengan kepuasan yg bakal didapet dari restoran ini? Emang pernah kesana? Aku jawab, belum. :p Tapi pengeeen...

Jadi informasi di atas saya dapet dari novel yang saya baca ditambah browsing-browsing dan semua gambar udah pasti courtesy from google :D jugaaaa dari review orang-orang yang udah pernah ke sana di sini.

Terlepas dari ke-amazingan (alah bahasanyaaa) restoran ini semua. Satu yang bikin saya geleng-geleng dan kagum setengah mati adalah keikhlasan dari pemiliknya. Siapapun Natalie Deewan itu, dia bener-bener udah mencontohkan bagaimana menjadi agen muslim yang baik di lingkungan ketika Islam menjadi minoritas. Dan ini adalah konsep Islam yang sangat mendasar. Berderma dan berzakat membersihkan diri sepanjang waktu. Restoran yang sudah berdiri sejak tahun 2005 ini tidak mungkin dapat bertahan sampai sekarang jika tidak didasari konsep ikhlas memberi dan menerima. Selain itu, sepertinya pembeli di sinipun memiliki konsep yang sama. Pembeli memberi penghargaan yang besar terhadap keikhlasan, Natalie dan restoran nya tidak pernah sepi dari pembeli. Subhanallah, hal ini membuat kita mengingat dengan janji Allah SWT :
"Bersyukurlah, maka akan Ku tambahkan ni'matKu padamu"
 Sekian postingan kali ini. Eropa, tempat di list pertama yang ingin saya kunjungi. Bukan hanya sekedar Eiffel atau gemerlapnya lampu di sana. Setelah baca buku 99 Cahaya di Langit Eropa, saya yakin Eropa jauh lebih dari sekedar itu... Someday, I will... Insya Allah :)